Sejarah Syailendra dan Mengapa Dijadikan Nama Jalan di Borobudur

Menyusuri kawasan Borobudur, Magelang, kita akan menemukan sebuah nama jalan yang terasa akrab namun menyimpan kisah panjang dari masa lalu: Jalan Syailendra. Nama ini bukan sekadar hiasan penanda lokasi, melainkan jendela kecil menuju salah satu masa kejayaan Nusantara, ketika Dinasti Syailendra memahat peradaban melalui mahakarya megah: Candi Borobudur

Siapakah Dinasti Syailendra?

Dinasti Syailendra adalah sebuah wangsa yang berkuasa di sebagian besar Jawa Tengah pada abad ke-8 hingga ke-9 Masehi. Nama "Syailendra" sendiri berasal dari bahasa Sanskerta, berarti “raja gunung” atau “penguasa gunung”, yang mencerminkan kedigdayaan dan kewibawaan mereka.

Diperkirakan, Syailendra merupakan keluarga kerajaan yang sangat dipengaruhi budaya India, terutama agama Buddha Mahayana. Mereka dikenal sebagai pelindung seni dan budaya, serta pelopor dalam membangun monumen-monumen suci. Candi Borobudur adalah candi Buddha terbesar di dunia dan ini adalah bukti paling monumental dari kejayaan mereka.

Hubungan Syailendra dengan Borobudur

Borobudur berdiri bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol kekuasaan dan spiritualitas Dinasti Syailendra. Pembangunannya diperkirakan dimulai sekitar tahun 750 M, di bawah masa pemerintahan Raja Samaratungga dari Syailendra, dan memakan waktu puluhan tahun hingga rampung.

Relief-relief yang terpahat di dinding Borobudur mengisahkan ajaran Buddha dan menggambarkan kehidupan masyarakat saat itu memberikan gambaran betapa tinggi peradaban yang pernah mereka capai. Pembangunan candi sebesar Borobudur tentu memerlukan keahlian teknik, organisasi sosial, dan sumber daya yang luar biasa, memperlihatkan kemampuan politik dan ekonomi Dinasti Syailendra.

Akhir kata...

Hari ini, Borobudur bukan hanya tempat ziarah religius, tapi juga magnet pariwisata dunia. Ribuan orang datang setiap tahun untuk menyaksikan langsung kemegahan yang diwariskan Dinasti Syailendra. Jalan Syailendra menjadi bagian dari pengalaman itu membimbing perjalanan fisik sekaligus perjalanan batin ke masa lalu.

Menjaga nama Syailendra tetap hidup melalui jalan-jalan, museum, hingga festival budaya adalah cara kita menghormati peradaban yang telah meletakkan fondasi luhur bagi negeri ini. Sejarah, melalui nama jalan seperti Jalan Syailendra, tidak hanya untuk dikenang, tetapi juga untuk terus diwariskan dari generasi ke generasi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Home Sweet Loan (2024) Ketika Impian Punya Rumah Bertabrakan dengan Realitas Generasi Sandwich

Kehidupan dan Moralitas di Dunia The Walking Dead

3 Rekomendasi Film Yang Bikin Cowo Menangis