 |
| Poster film Home Sweet Loan |
Film "Home Sweet Loan" adalah sebuah karya sinematik yang berhasil menggambarkan realitas kehidupan kelas menengah di Jakarta. Disutradarai oleh Sabrina Rochelle Kalangie dan diproduksi oleh Visinema Pictures, film ini diadaptasi dari novel karya Almira Bastari. Sejak dirilis, "Home Sweet Loan" telah menarik perhatian luas dengan menjual lebih dari 1,7 juta tiket dan kini tersedia secara global di Netflix.
Narasi Ynag Kuat dan Relatable
Fokus cerita adalah Kaluna, seorang remaja pekerja kantoran yang tinggal bersama orang tuanya dan dua saudara kandungnya yang sudah menikah. Kaluna, sebagai anak bungsu dalam keluarga, justru menanggung beban keuangan terbesar. Ia mengambil pinjaman dan, dengan bantuan tiga sahabatnya, mulai mencari rumah yang ia impikan. Namun, dia terus dihantui oleh tanggung jawab keluarga, terutama ketika kakak laki-lakinya menyalahgunakan tabungan pensiun ayah mereka dan berhutang melalui pinjaman online, memaksa Kaluna untuk menanggung konsekuensi.
Kritik Sosial : Kepemilikan Rumah dan Beban Perempuan Dalam Keluarga
Film ini dengan cerdas menggambarkan kehidupan sehari-hari pekerja kelas menengah di Jakarta, terutama kesulitan yang terkait dengan memiliki rumah sendiri. Semua aspek Jakarta, mulai dari kemacetan, kemacetan transportasi umum, hingga kondisi hunian yang sempit dan padat, membuatnya tidak romantis. Seorang pekerja kelas menengah seperti Kaluna harus menghadapi kesulitan mendapatkan pinjaman untuk membeli rumah jauh dari pusat kota, sebuah fakta yang sangat relevan bagi banyak orang di zaman sekarang.
Dari sudut pandang feminisme, "Home Sweet Loan" menunjukkan bahwa perempuan seringkali harus menanggung beban finansial keluarga, bahkan ketika mereka memiliki mimpi dan harapan pribadi. Kaluna tidak hanya harus membantu orang tuanya, tetapi juga harus menanggung tanggung jawab atas kesalahan keuangan kakaknya. Keputusannya untuk meninggalkan rumah adalah perlawanan terhadap norma sosial yang mengekang perempuan dalam peran pengasuhan dan pengorbanan, bukan hanya tindakan impulsif.
Visual dan Akting yang Menghidupkan Cerita
Sinematografi dalam film ini sangat mendukung narasi emosional. Kontras warna digunakan secara efektif untuk menampilkan perasaan Kaluna; rumahnya yang penuh sesak tetapi hangat, berbanding terbalik dengan apartemen kosong yang dingin dan penuh kesepian. Setiap ruang yang ditampilkan memiliki makna tersendiri, memperkuat perjalanan karakter utama dalam menemukan makna “rumah” yang sesungguhnya.
Akting Michelle Ziudith sebagai Kaluna patut mendapatkan apresiasi. Ia mampu menggambarkan beban emosional seorang perempuan pekerja dengan ekspresi wajah yang subtil namun kuat. Salah satu adegan yang paling menggugah adalah ketika Kaluna berjalan pulang setelah hari kerja yang panjang; tanpa banyak dialog, kesedihannya dapat dirasakan penonton. Karakter Kaluna juga berhasil menyampaikan realitas banyak perempuan yang mengalami tekanan dalam keluarga, tetapi tetap bertahan dan mencari jalan keluar bagi diri mereka sendiri.
Kesimpulan
"Home Sweet Loan" bukan sekadar kisah tentang perjuangan memiliki rumah, tetapi juga tentang perjuangan seorang perempuan untuk mendapatkan kebebasannya. Film ini dengan cerdas menggambarkan bagaimana perempuan sering kali terjebak dalam ekspektasi keluarga dan masyarakat, serta bagaimana mereka harus berjuang untuk mencapai kemandirian. Dengan arahan sutradara perempuan dan perspektif yang kuat terhadap realitas sosial, film ini menjadi salah satu tontonan terbaik di tahun 2024. Film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menyentuh isu penting yang jarang muncul dalam arus utama film Indonesia.
Bagi kalian yang mencari film yang menyajikan realitas kelas menengah Jakarta dengan pendekatan kritis terhadap peran gender, "Home Sweet Loan" adalah pilihan yang tepat. Kini, film ini dapat dinikmati secara global melalui Netflix.
Komentar
Posting Komentar